Kau
datang disaat musim semi pertama, aku tidak percaya kau berdiri didepanku saat
ini, aku pikir kita tidak akan bertemu lagi, apakah ini yang dinamakan takdir
atau sebuah kebetulan?
Jakarta 11 oktober 2014
Kupandangi foto
kedua orang tuaku
dengan berlinangan air mata, aku
seorang gadis yang akan menempuh perjalanan jauh kenegeri matahari terbit demi
mencapai cita-cita.
“diberitahukan
kepada penumpang sekalian bahwa pesawat garuda indonesia dengan tujuan Kansai
airport Japan sepuluh menit kedepan akan segera berangkat” .Aku segera mengusap air mataku,
aku tidak boleh menjadi cengeng, karena ini demi masa depan ku dan keluargaku.
Aku lahir dari keluarga yang sangat sederhana,
ayahku hanya seorang guru dan ibuku membuka toko kecil-kecilan dirumah. Aku anak
pertama dari tiga bersaudara, kedua adikku
masih
berada ditingkat sekolah dasar.
Saat ada program beasiswa keluar negeri aku dan kedua
temanku terpilih menjadi penerima beasiswa itu. Aku mengambil program kedokteran karna aku berfikir, aku ingin merawat orang
tuaku seperti
mereka merawatku saat kecil. Betapa bahagianya mereka saat aku mendapat
beasiswa itu, sebenarnya aku ragu untuk mengambilnya karna melihat kondisi keluargaku
saat ini. Tapi
orang tuaku berkata “nak kesempatan itu tidak akan datang dua kali, jika allah telah
menunjukmu untuk menerima beasiswa itu berarti itu sudah menjadi takdirmu,
sekarang tinggal kamu bagaimana kamu menjalani takdir yang telah allah berikan
kepadamu, bapak dan ibu hanya bisa mendoakan semoga kamu bisa menjadi orang
yang sukses dunia dan akhirat”, berkat dukungan dan doa keluarga akhirnya aku
berangkat setelah tiga bulan menerima trining bahasa Jepang.
Aku
memasukkan kembali foto itu kedalam dompetku. Dan mencoba untuk memejamkan
mata, tak berapa lama aku memejamkan mata pesawat mulai take off meninggalkan
bandara Soekarno Hatta,
karna ini merupakan penerbangan pertamaku ada perasaan takut menjalar ditubuhku, tanpa sadar aku menggenggam erat
tangan penumpang disampingku, setelah kulepaskan genggamanku dari tangnnya. Dia
terlihat mengibas-ngibaskan
tangannya. Apakah
genggamanku terlalu kuat, sehingga membuatnya kesakitan?
“I’m sorry, this is my first flight, so I am
little scared” ucapku dengan bahasa inggris yang masih terbata-bata. Dia hanya menatapku dari balik
kaca hitamnya tanpa berkomentar dan kembali bersandar dikursi. Aku hanya
mendegus, segera ku
palingkan wajah dan menatap keluar jendela.Tak berapa lama aku
pun terlelap,
menjelajahi dunia mimpi.
Tak
terasa pesawat yang kutumpangi telah tiba di bandara Inernasional Kansai
Japan tepat pukul
02.00 pm, badanku terasa sakit semua setelah menempuh perjalanan
delapan jam dari Jakarta ke Japan, setelah aku
dan kedua temanku
turun kami menghampiri seseorang yang memegang karton bertuliskan welcome Indonesia, kemudian
kami diantar
menuju asrama
yang terletak dikota Gifu, ternyata perjalanannya cukup jauh. Kami tiba di
sebuah rumah yang sangat asri dan tertata. Dia membantu kami mengangkat barang hingga
kedalam kamar, kamarnya cukup luas untuk
kami bertiga dengan beberapa fasilitas. Tepat pukul 06.00 pm kami akhirnya
selesai menyusun barang-barang seelah menikmati makan malam, kami terlelap
dalam mimpi masing-masing. Sekarang
perjalanan kita dimulai para
penjelajah negeri matahari terbit, percayalah dengan takdir yang telah
dituliskan pada jalan hidupmu dan rubahlah menjadi yang lebih baik.
***
Hari
ini aku menjadi mahasiswi baru di Gifu University, salah satu
dari universitas tertua diJepang,
sedangkan kedua temanku mereka mengambil Fakultas Teknik dan Pertanian. kami
diantar keruangan masing-masing untuk memulai mata kuliah. aku masih tidak menpercaya
bahwa sekarang aku kuliah diUniversitas yang sangat bergengsi diJepang, perasaan gugup mulai menjalari tubuhku
tatkala berada didepan teman-temanku,
kurasakan beberapa pasang mata menatap
lurus kearahku.
“ Introduce yourself ” ujar dosenku, aku berusaha
tenang dengan
menarik nafas
“Hello my name is Aizawa Vingki, I’m from Indonesia, nice
too meet you all”. Aku
menunduk sebagai tanda penghormatan. Huftt perasaanku sangat lega setelah aku menghampiri
tempat dudukku, sekarang aku resmi telah terdaftar diUniversitas Gifu.
Akhirnya
kelas pun selesai “arigato
gozaimasu”,
serentak kami menjawab. Aku segera menuju atap untuk memakan bekal
makan siangku, saat tengah asik menikmati makan siang, aku mendengar bunyi
pintu berderit, aku menoleh dan melihat seorang laki-laki berjalan kearahku.
“apa yang kamu lakukan sendirian disini?” tegurnya
“lunch”
jawabku singkat “kenapa tidak makan
dikantin saja” tanyanya lagi
“aku tidak terlalu suka dengan keramaian
kantin”
“apakah aku
bisa duduk?”
“silahkan”
semua peranyaanya kujawab dengan singkat, tapi entah mengapa lama kelamaan aku
merasa nyaman saat berbicara dengannya dan kadang-kadang aku juga tertawa
melihat tingkahnya yang sedikit terlihat foolish.
***
Tak terasa sudah hampir satu semester aku berada diJapan, dan disini aku
sudah memiliki banyak teman, dan tentunya seseorang yang spesial, dia adalah
Kazagawa Ryu seorang mahasiswa Fakultas Teknik, kami mulai dekat tepat sebulan
aku menjadi mahasiswa di Gifu University, dia juga membantuku untuk mengenal
jepang lebih dekat.
Pukul 09.00
pm
Hari
ini tugas dari kampus cukup banyak ditambah lagi praktek yang tidak ada
hentinya. Kurebahkan
punggungku yang terasa kaku, begitu juga dengan kedua temanku. Akhir
semester pertama yang cukup menguras tenaga dan fikiran, tiba-tiba phonsel ku
berbunyi.
“I takatta
and Zutto isshoo ni
itai” aku tersenyum membaca E-mailnya
“ Me too,
kenapa belum tidur?”
“ Sedang
mengerjakan tugas untuk uji coba besok, kalau kamu?”
“Sama baru
selesai mengerjakan tugas, kalau begitu aku tidur duluan ya, jangan tidur
malam-malam besok telat lagi datang
kekampusnya. See you in We are dream “
“Wakatta,
aishiteru“ aku membalasnya dengan emoticon. aku tidak menyangka semua akan
terjadi secepat ini, tapi aku percaya semua rencana-Nya akan ada hikmah serta
akan indah pada waktunya.
Saat jam makan siang seperti
biasa aku dan Ryu makan bersama di loteng kampus, kali ini aku membawa bekal onigiri,
makanan khas jepang yang dibetuk dari nasi yang dikepalkan dan dibugkus dengan
nori atau kita bisa menyebutnya rumput laut, tapi hari ini aku melihat sesuatu
yang aneh pada diri Ryu, dia terlihat sedikit pucat “Apa kamu sakit?” seraya
kumemegang keningnya
“Tidak
apa-apa mungkin kecapekan karna sering bergadang”. Aku tau
kalau dia sedang menyembunyikan sesuatu, tak berapa lama saat kami mulai
melanjutkan makan siang, tiba-tiba sebuah cairan kental menetes melalui
hidungnya, aku panik dan dia segera meraih tissu mengusap darah yang masih
mengalir dihidungnya.
“Kan aku
sudah bilang jangan sering bergadang, begini kan jadinya terus yang merasakan
sakitnya siapa? kamu sendirikan,
harusnya kamu itu
sayang sama tubuh kamu.” Aku mulai kesal, bukannya aku protektif tapi aku tidak
suka dengan orang yang tidak menyayangi kesehatannya.
“Iya maaf,
lain kali tidak akan terjadi lagi kok” ucapnya seraya menepuk kepalaku, tapi
aku sudah terlanjur kesal.
“Jangan
marah ya, aku janji akan jaga kesehatan, yaudah
biar kamu nda marah lagi, bagaimana kalau nanti malam kita jalan kefestival
lampion” ajaknya, saat mendengar lampion
hatiku sedikit terbujuk, dia tau aku sangat menyukai lilin balon yang pembawa
semua impian dan harapan seseorang keangkasa itu.
“Serius,
kamu nda sedang bohongkan?”
“Apa aku
terlihat sedang bercanda?” ucapnya seraya menatap lurus kearahku, aku
menggeleng dan kemudian tersenyum. Tepat pukul tujuh malam dia menjemputku
didepan pintu asrama, aneh sepertinya malam ini sangat istimewa dia menjemputku
dengan mobil mewah, dia berpenampilan layaknya seorang pangeran dan juga
memperlakukanku seperti seorang putri.Festival kali ini sungguh indah banyak lampion yang
berterbangan dilangit seperti bunga-bunga yang terbang tertiup angin. Dia
mengajakku makan disebuah kafe ala korea, dia memesan jajjangmyung mie hitam dan cemilan ala korea yang kita
kenal sebagai kue beras pedas. Malam ini benar-benar istimewa, tak terasa waktu
sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, aku mengajaknya pulang karena taklama
lagi gerbang asrama akan ditutup.
“Terimakasih
untuk hari ini, aku sangat senang sekali”
ucapku riang, tapi dia meresponku
dengan tatapan yang tak dapat kumengerti, dia menghela nafas dan berkata
“ Vingki,
sebenarnya ada yang ingin aku katakan, tapi aku bingung aku harus memulainya
dari mana, sebenarnya aku sayang sama kamu tapi aku rasa aku tidak bisa
melanjutkan hubungan ini lagi karena mulai besok aku akan pindah ke Tokoushima,
maafkan aku jika selama kebersamaan kita aku menjadi orang yang menjengkelkan,
semoga hidupmu menjadi lebih baik, sayonara Aizawa Vingki” dia mencium
keningku, belum sempat kuberkata-kata dia segera pergi dan meghilang ditelan
kegelapan malam. Tinggal aku yang berdiri mematung didepan gerbang. Malam yang
indah tapi sedih untuk kisah cintaku.
Pagi harinya aku menuju kampus
dengan mata yang sembab ditambah dengan lingkaran panda disekitarnya. Saat
digerbang kampus aku berpapasan dengan Ryu, saat aku menyapanya dia melewatiku
tanpa menoleh, aku segera berbalik dan menahannya.
“Ada apa
dengan mu, are you
serious about tonight, look
at me Ryu” aku bertanya dengan menahan air mata
“Lepaskan
aku Vingki, iya aku
serius dan hubungan kita sudah berakhir tadi malam” jawabnya dingin
“Tapi aku
belum memutuskannya”
“Apa lagi
yang perlu diomongin Vi, aku sudah
capek sama kamu yang terlalu over protektif sama aku, harus jaga inilah, jaga
itulah I’m not high school yang perlu kamu awasi 24 jam, mulai sekarang lupakan
tolong lupakan” nada suaranya mulai meninggi dan berjalan meninggalkanku
“Maafkan
aku, aku tidak mau kita putus, aku sayang sama kamu” teriankku dengan suara
yang parau. Akhirnya airmata yang kubendung sejak tadi tumpah, aku berharap dia
akan berbalik dan mengatakan kalau semua itu hanya bualan belaka, tapi yang
kuharapkan tidak sesuai dengan kinginanku, dia pergi meninggalkanku.
***
Beberapa bulan kemudian memasuki musim dingin. Diluar tampak anak-anak
membuat boneka-boneka salju, senang rasanya melihat raut mereka yang tanpa
beban tertawa dengan riangnya. Tiba-tiba seorang anak kecil datang dan
memberiku setangkai bunga mawar merah, melihat raut wajahku yang bingung, anak
kecil itu menunjuk seorang laki-laki yang berdiri didekat pohon. Aku perlahan
mendekatinya aku masih tidak percaya dengan apa yang kulihat, apakah ini dia?
“Long time
no see Aizawa Vingki” dia menatapku dengan bola matanya yang hitam, aku bingung
apakah aku harus menangis,bahagia,ataupun marah melihat seseorang yang tengah
duduk didepanku saat ini,aku ingin marah jika teringat saat dia meninggalkanku
dan hilang tanpa kabar, tapi kemarahan itu sirna saat melihat keadaannya saat
ini, dia benar-benar berbeda dengan orang yang dulu kukenal.
“Ryu?”tanyaku
dengan ragu-ragu
“Iya, ini
aku” dia menjawab dengan suara lirih, aku mendekat dan duduk disampingnya, apa yang harus kukatakan?, hatiku
berbicara. Beberapa saat kami duduk
dalam diam.
“bagaimana
kabarmu?”
“seperti
yang kamu lihat aku baik-baik saja” wajah yang pucat itu kini tersenyum manis
kearahku, tapi aku tau itu hanyalah sebuah topeng yang ia tunjukkan kepadaku.
“Bagaimana
kabarmu, gimana dengan kuliah?” tanyanya lagi
“kabarku baik,
kalau soal kuliah lancar, makin banyak tugas dan praktek” dia menganggukkan
kepala mendengar penjelasanku. “Vi” panggilnya, aku menoleh kearahnya.
“Apakah
kamu mau berjanji padaku?” “berjanji?” ulangku, dia menganggukkan kepala, “Berjanji
apa?” tanyaku dengan raut wajah binggung.
“Aku mau
kamu berjanji, kamu akan wisuda dengan nilai terbaik dan menjadi dokter yang
profesional, tidak ada alasan khusus aku hanya ingin mendengarnya dari bibirmu”
dengan wajah binggung aku menurutinya, setelah itu dia tersenyum.
“Sekarang
aku lega walaupun harus pergi” ujarnya, entah mengapa mendengar kata pergi itu
membuat hatiku sakit.
“Memangnya
kamu mau pergi kemana?” tanyaku,
aku berusaha untuk mengatur suaraku agar tidak terdengar bergetar.
“Maafkan
aku Vingki, telah aku harus kembali, karena mama dan papa mau menjenguk nenek
yang sakit. Jadi aku tidak bisa berlama-lama disini aku menitipkan ini
kepadamu, berikan padaku jika kamu sudah menuliskan balasannya, tapi seandainya
kamu tidak sempat untuk mengembalikan kamu bisa memilikinya” ucapnya seraya,
dia beranjak pergi setelah menyerakan sebuah buku yang mirip dengan diary. Aku hanya bisa menatap
punggung yang terlihat rapuh itu
dengan berlinang air mata, entah mengapa aku merasa kalau kami tidak akan
bertemu lagi.
Saat tiba diasrama aku membaca
setiap untaian kata yang ia torehkan disetiap lembar dengan penuh ungkapan
kerinduan,kesedihan,cinta dan semua yang ada dihatinya, tak terasa bulir-bulir
bening mulai membasahi pipiku, aku mengetahui satu kenyataan bahwa ia adalah
seorang laki-laki yang duduk tepat disampingku saat berada dipesawat dan
ternyata takdir telah mempertemukan dan mempersatukan kita dengan cinta.
Dilembaran terakhir tertulis. ”Kamu harus menepati janjimu, karena saat kamu
telah menepati janjimu maka aku akan datang. Kamu hanya perlu membalasnya
dengan menunjukkan hasilnya padaku.” Aku menangis tersedu-sedu, tapi dalam hati
kecilku berkata aku berjanji akan memenuhi janjiku dan menjukkannya kepadamu,
agar aku dapat melihat senyuman bangga diwajahmu
***
“Vingki buruan nanti kamu
terlambat lagi” seru Tima teman sekamarku, “Iya” jawabku seraya berteriak, hari
ini adalah hari wisuda kami tak terasa dengan bergulirnya waktu sampailah kami
dipenghujung pembelajaran, aku juga tidak sabar untuk memperlihatkan hasilku
ini kepada Kazegawa Ryu serta kembali dan mengabdi ditanah air tercinta
Indonesia. Acara kali ini berjalan dengan lancar, Saat perjalanan pulang aku
merasa seperti ada seseorang yang mengikutiku, atau mungkin hanya perasaanku
saja batinku. Belum berapa lama aku berada dikamar, seseorang mengetuk pintu
kamarku dan menyerahkan sepucuk surat tanpa nama pengirim, segera kubuka amplop
itu berisi sebuah foto saat aku dan Ryu difestival lampion kami terlihat
bahagia saat itu,dengan tangan bergetar kubaca kata demi kata yang ia tulis.
“hai
Aizawa Vingki selamat ya atas wisudanya, kamu pasti sekarang lagi bahagia karna
kamu sudah berhasil menepati janjimu, aku percaya sama kamu kalau kamu pasti
akan berhasil tapi, maafkan aku ya tidak bisa menemuimu dan merayakan hari
bahagia ini bersamamu karena mungkin saat kamu membaca surat ini aku sudah
tidak ada lagi bersamamu didunia ini, tapi aku akan selalu bersamamu dimanapun
kamu berada, aku mederita leukimia setadium akhir maaf aku tidak memberi taumu
tentang keadaanku karena aku tidak mau kamu bersedih, aku ingin kamu selalu
tersenyum dan membagi kebahagiaan kepada semua orang, karena dengan melihat
kamu selalu tersenyum itu sudah cukup untukku. Harapan terakhirku aku ingin
kamu menjadi bunga yang selalu terlihat segar. sekali lagi maafkan aku ya,
Aishiteru Aizawa Vingki”
Kazegawa
Ryu
Aku membaca
surat itu dengan air mata bercucuran, apakah aku tidak sedang bermimpi menerima
sepucuk surat dari Kazegawa Ryu dihari bahaga ini dan memberitahukan tentang
kematiannya, hatiku benar-benar sangat sedih hingga aku tidak bisa berkata-kata
lagi. Hari kebahagianku juga hari yang sangat menyedihkan bagiku. Keesokan
harinya aku dan kedua temanku berziarah kemakam, terlihat gundukan tanah yang
tampak baru, kutaburkan bunga dan tak lupa kupanjatkan doa agar dia tenang
dialam sana. aku menutup kedua mataku dan berujar.
“Apa kabar Ryu, aku datang untuk menjengukmu,
aku datang ingin menunjukan kalau aku telah berhasil menepati janji yang telah kita buat dua tahun
lalu, aku telah menjadi seorang dokter, juga lulus dengan nilai terbaik, aku
juga ingin pamit kalau hari ini aku akan berangkat kembali ke Indonesia,” mataku
mulai terasa lembab, tiba-tiba air mataku menetes dengan sendirinya, aku masi
tidak percaya kalau Kazegawa Ryu telah pergi meninggalkanku untuk
selama-lamanya. tiba-tiba aku merasa seperti ada siluet yang memelukku dari
belakang dan berujar “aku akan selalu ada didekatmu, Aishiteru Vingki, arigato ne” berlahan-lahan pelukan itu
menghilang bagaikan hembusan angin, masih dapat kurasakan pelukan yang ia
tinggalkan terasa hangat dibahuku, perlahan-lahan kubuka kedua mataku,
“Selamat tinggal
Kazegawa Ryu, semoga kamu tenang dialam sana.” Aku letakkan sebuket bunga mawar
merah dan foto wisudaku. Aku berharap dia senang dan tersenyum melihat aku telah
berhasil memenuhi janjiku.Aku berbalik dan meninggalkan tempat
peristirahatannya yang abadi dan berjanji akan mengabulkan permohonan dari
seseorang yang telah membuat hari-hariku lebih berwarna, saat menjadi mahasiswa
diJapan yaitu
menjadi seorang
dokter yang professional , Kazegawa Ryu thank you for everything .
Penulis : Vingki Muliana Husain
Date : 22 November 2015